Istana Kaibon- Banten Lama- Pantai Gope Gowes Bersama 13 Februari 2021
ditulis oleh Saras
Biasanya kami gowes sendiri-sendiri karena rute yang dilewati pasti jauh sekali. Tapi kali ini kami gowes bareng si bungsu yang semangat ikut gowes bersama ayah ibunya. Sebenarnya Gowes kami untuk kebersamaan dan silaturahim ke rumah keluarga pak Heri.
Perjalanan dimulai dari Cilegon jam 8 pagi dengan mobil menuju Serang. Rencananya berangkat jam 6 pagi tapi ternyata dari subuh hujan rintik-rintik sudah mengguyur kota Cilegon terutama di perumahan kami.
Setelah menurunkan sepedaku dan Mas Oen, ternyata Aicha mau ikut juga. Akhirnya Aicha dipinjami sepedanya Acarya. Kemudian kami: Aku, Istri pak Heri dan Aicha mulai gowes duluan sambil menunggu Bapak-bapak yang masih sibuk nelpon urusan pekerjaan di akhir pekan ini. Akhirnya kami kesusul juga kan....lalu setelah 15 menit bersepeda mampirlah kami di Istana Kaibon yang merupakan peninggalan bersejarah masa kesultanan Banten sebelum kemerdekaan.
ISTANA KAIBON
Terletak di Lingkungan Kroya Kelurahan Kasunyatan Kecamatan Kasemen Kota Serang yang merupakan istna yang dibuat untuk ibunda Sultan Syafiudin 1809-1815.Sisa reruntuhan istana ini menandakan bahwa istana ini cukup luas yang terdiri dari halaman dn gerbang istana serta pemandian.
Lalu dilanjutkan lagi menuju Mesjid Banten lama sekitar 10 menit dari istana Kaibon. Bangunan Mesjid Banten Lama masih asli seperti dahulu dengan bangunan mercu suar yang dulu digunakan sebagai menara pengintai ke laut sehingga bisa memantau kedatangan laut penjajah Belanda. Pemugaran yang dilakukan sekarang ini adalah untuk fasilitas halaman Mesjid yang dibuat payung-payung seperti di Madinah. Ciri-ciri mesjid besar di Indonesia masa sekarang (tahun 2000an).
Tapi ciri khas toilet mesjid di Indonesia pun berlaku disini, toilet yang bagus tapi kotor tanpa perawatan yang rutin sehingga penuh dengan lumut disekitarnya serta gayungpun berwarna hitam.
Benteng di depan mesjid yang dulunya merupakan Keraton Suroswan pun sementara masih tertutup oleh umum karena sedang di restorasi oleh para arkeolog Indonesia dari Universitas Indonesia. Pengunjung Mesjid ini selalu dipenuhi oleh para pengunjung yang berwisata dan berziarah mendatangi makam para kyai yang telah wafat. Bahkan sesuai dengan kepercayaan pengunjung yang berdoa di depan makam dan membawa air yang telah didoa-doakan untuk diminum sepulangnya dari ziarah tersebut.
Setelah dari Mesjid Banten Lama, kami melanjutkan perjalanan lewat utara mesjid berupa gang kecil di depan warung penjaja souvenir menuju ke Benteng Speelwijk yang terletak di Kampung Pamarican. Perjalanan hanya 5 menit dari Mesjid. Benteng ini berbentuk persegi empat yang dilengkapi tempat pemantau di ke empat penjurunya, terdapat tempat meriam dan disebelah selatan ada pemakaman orang-orang Belanda. Benteng ini didirikan tahun 1682oleh Gubernur VOC saat itu (Cornelis Jansz Speelman) lalu dipugar tahun 1685 dan 1731 yang dirancang oleh Hendrick Lucaszoon Cardeel pada masa pemerintahan Sultan Haji (Abu Nasr Abdul Kahhar).
Pemandangan yang asri dengan pohon-pohon besar Angsana dan dikelilingi pojon kelapa khas wilayah pantai. Toilet disini pun bersih seperti bersihnya Benteng ini. Sedangankan di depan Benteng yang dibatasi oleh sungai kecil ini berdiri ViharaTionghoa Avalokistesvara yang berdiri megah.
Gowes kami dilanjutkan menuju barat ke pantai Teluk Karangantu yang terkenal dengan nama Pantai Gope selama 15-20 menit menyusuri jalan raya sepanjang pantai melewati tambak-tambak nelayan yang dijadikan tempat pemancingan umum serta ada event lomba memancing yang diadakan komunitas tertentu.
Kami melewati desa nelayan dengan pemandangan khas kawasan nelayan yaitu bau amis ikan dan banyak kapal nelayan bersandar. Bu Heri mampir beli rambutan untuk bekal di Pantai. Walaupun masa pandemi Corona tetap saja kami menemukan orang menggelar hajatan dengan undangan ramai sekali.
Sesampainya di Pantai kami langsung menuju pembatas beton di ujung depan pantai yang batas bebas sepeda sewa dan permainan anak-anak. Kami menikmati udara pantai yang sejuk walaupun jam 11.30...karena matahari malu-malu memancarkan sinarnya dan bersembunyi di balik awan. Sambil minum akan rambutan dan brownies kukus Bandung yang terkenal.Sepanjang mata memandang tepi pantai di tumbuhi oleh tanaman Bakau dan di sebrang selatan kawasan industri Bojonegara terlihat jelas sekali.
Setelah adzan dhuhur berkumandang, kamipun terburu-buru menggowes sepeda kembali menuju puang ke rumah pak Heri karena mulai ada rintik kerimis kecil seperti mau hujan besar. AIcha begitu bersemangat menggowes sepeda seperti tidak kenal lelah. Padahal aku saja sudah ngos-ngosan lelah.
Alhamdulillah sepnajang jalan hanya rintik kecil dan cuaca cerah kembali dan sepanjang 4 km kami bersepeda tanpa istirahat, dan sampai di warung pecak bandeng di pinggir jalan. warung yang asri dan bersih, kami mampir sholat dan menikmati pecak bandeng dan sayur asem nya. Lalu kami pulang menuju rumah pak Heri dan Cilegon.
Ahamdulillah perjalanan hari sabtu ini membuat badan kami segar bergerak dan membahagiakan sehingga mampumeningkatkan iun tubuh kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar