Laman

Cerita keseharian

STORY ABOUT ME

Senin, 24 November 2008

Rezeki

Allah SWT menciptakan semua makhluk telah sempurna dengan pembagian rezekinya. Tidak ada satu pun yang akan ditelantarkan-Nya, termasuk kita. Karena itu, rezeki kita yang sudah Allah jamin pemenuhannya. Yang dibutuhkan adalah mau atau tidak kita mencarinya. Yang lebih tinggi lagi benar atau tidak cara mendapatkannya. Rezeki di sini tentu bukan sekadar uang. Ilmu, kesehatan, ketenteraman jiwa, pasangan hidup, keturunan, nama baik, persaudaraan, ketaatan termasuk pula rezeki, bahkan lebih tinggi nilainya dibanding uang.

Walau demikian, ada banyak orang yang dipusingkan dengan masalah pembagian rezeki ini. “Kok rezeki saya seret banget, padahal sudah mati-matian mencarinya?” “Mengapa ya saya gagal terus dalam bisnis?” “Mengapa hati saya tidak pernah tenang?” Ada banyak penyebab, mungkin cara mencarinya yang kurang profesional, kurang serius mengusahakannya, atau ada kondisi yang menyebabkan Allah Azza wa Jalla “menahan” rezeki yang bersangkutan. Poin terakhir inilah yang akan kita bahas. Mengapa aliran rezeki kita tersumbat? Apa saja penyebabnya?

Saudaraku, Allah adalah Dzat Pembagi Rezeki. Tidak ada setetes pun air yang masuk ke mulut kita kecuali atas izin-Nya. Karena itu, jika Allah SWT sampai menahan rezeki kita, pasti ada prosedur yang salah yang kita lakukan. Setidaknya ada lima hal yang menghalangi aliran rezeki.

Pertama, lepasnya ketawakalan dari hati. Dengan kata lain, kita berharap dan menggantungkan diri kepada selain Allah. Kita berusaha, namun usaha yang kita lakukan tidak dikaitkan dengan-Nya. Padahal Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. Ketika seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah, maka keburukan-lah yang akan ia terima. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Demikian janji Allah dalam QS Ath Thalaaq [63] ayat 3.

Kedua, dosa dan maksiat yang kita lakukan. Dosa adalah penghalang datangnya rezeki. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seseorang terjauh dari rezeki disebabkan oleh perbuatan dosanya.” (HR Ahmad). Saudaraku, bila dosa menyumbat aliran rezeki, maka tobat akan membukanya. Andai kita simak, doa minta hujan isinya adalah permintaan tobat, doa Nabi Yunus saat berada dalam perut ikan adalah permintaan tobat, demikian pula doa memohon anak dan Lailatul Qadar adalah tobat. Karena itu, bila rezeki terasa seret, perbanyaklah tobat, dengan hati, ucapan dan perbuatan kita.

Ketiga, maksiat saat mencari nafkah. Apakah pekerjaan kita dihalalkan agama? Jika memang halal, apakah benar dalam mencari dan menjalaninya? Tanyakan selalu hal ini. Kecurangan dalam mencari nafkah, entah itu korupsi (waktu, uang), memanipulasi timbangan, praktik mark up, dsb akan membaut rezeki kita tidak berkah. Mungkin uang kita dapat, namun berkah dari uang tersebut telah hilang. Apa ciri rezeki yang tidak berkah? Mudah menguap untuk hal sia-sia, tidak membawa ketenangan, sulit dipakai untuk taat kepada Allah serta membawa penyakit. Bila kita terlanjur melakukannya, segera bertobat dan kembalikan harta tersebut kepada yang berhak menerimanya.

Keempat, pekerjaan yang melalaikan kita dari mengingat Allah. Bertanyalah, apakah aktivitas kita selama ini membuat hubungan kita dengan Allah makin menjauh? Terlalu sibuk bekerja sehingga lupa shalat (atau minimal jadi telat), lupa membaca Alquran, lupa mendidik keluarga, adalah sinyal-sinyal pekerjaan kita tidak berkah. Jika sudah demikian, jangan heran bila rezeki kita akan tersumbat. Idealnya, semua pekerjaan harus membuat kita semakin dekat dengan Allah. sibuk boleh, namun jangan sampai hak-hak Allah kita abaikan. Saudaraku, bencana sesungguhnya bukanlah bencana alam yang menimpa orang lain. Bencana sesungguhnya adalah saat kita semakin jauh dari Allah.

Kelima, enggan bersedekah. Siapapun yang pelit, niscaya hidupnya akan sempit, rezekinya mampet. Sebaliknya, sedekah adalah penolak bala, penyubur kebaikan serta pelipat ganda rezeki. Sedekah bagaikan sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat (QS Al Baqarah [2]: 261). Tidakkah kita tertarik dengan janji Allah ini? Maka pastikan, tiada hari tanpa sedekah, tiada hari tanpa kebaikan. Insya Allah, Allah SWT akan membukakan pintu-pintu rezeki-Nya untuk kita. Amin.

( KH Abdullah Gymnastiar )

Jumat, 10 Oktober 2008

Jurnal Internasional Irma Saraswati & Gunawan Witjaksono

Link ini adalah untuk mengakses jurnal Internasional-ku.
http://www.inderscience.com/info/inarticle.php?artid=20714

Bahagia sekali rasanya paperku merupakan paper pilihan pada konferensi WOCN July 2007 Singapore sehingga berhak terbit di

International Journal of Communication Networks and Distributed Systems

2008 Vol. 1 No. 3

Special Issue on Advances in Wireless and Optical Communications Networks

Guest Editor: Dr. Vincent Guyot

 

Thank you very  much to Dr. Gunawan Witjaksono!

.

Senin, 18 Agustus 2008

Pendakian Gunung Slamet 17 Agustus 1997

oleh Irma Saraswati

Aku melakukan pendakian ini karena salah satu temanku (Susilo Kusdiwanggo -T.Arsitek angkatan 1993 UNDIP) perlu guide penunjuk jalan mendaki gunung tersebut. Kenapa harus aku? Aku juga tidak tahu alasannya tetapi permintaannya sedikit memaksa, jadi berangkatlah kami menuju G. Slamet.

Gunung Slamet (3428m dpl) adalah gunung berapi terletak di Propinsi Jawa Tengah berada pada perbatasan Kab. Brebes, Banyumas, Purbalingga, Tegal dan Pemalang. G. Slamet merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah serta kedua tertinggi di Pulau Jawa (Sumber: Wikipedia). Ada 3 jalur pendakian ke G.Slamet yaitu lewat Utara (Kali Wadas), lewat Selatan (Baturaden) dan lewat timur (Bambangan), seperti dalam peta.

Jalur pendakian yang kupilih adalah lewat timur (Bambangan) karena jalur tersebut lebih dekat dari Semarang, sangat populer untuk pendaki pemula dan lebih landai daripada jalur selatan/utara apalagi kami berangkat mendaki hanya berdua dari Semarang.
Aku berangkat dari kosku di Tembalang Perumda I Jl Tembalang Baru no.133A setelah solat Ashar (Jumat, 15-08-1997). Aku diminta menunggu dia didepan Sri Ratu Peterongan dekat dengan Jl Wonodri kosnya. Setelah dia datang kami bersiap menuju Terminal Terboyo. Kami sholat maghrib di Teminal Terboyo, lalu jam 19.00 kami naik bis Sahabat (Semarang-Cirebon) menuju Terminal Pemalang. Sampe diTerminal Pemalang sudah malam jam 22.00. Akhirnya kami bermalam di Terminal Pemalang sambil menunggu pagi.
Tanggal 16-08-1997, setelah sholat subuh, kami melanjutkan perjalanan. Diawali naik bus Pemalang-Purwokerto, turun di Randudongkal lalu naik angkudes ke Moga dan dilanjutkan dengan angkudes/bak terbuka menuju Pasar Pratin.
Sampai di Pasar  Pratin kami ketemu dengan rombongan pendaki yang berjumlah 5 orang dari Akafarma Semarang juga lalu kami ber-7 menuju Blambangan berjalan kaki. Sampai di Bambangan  (Base camp-desa terakhir menuju puncak G. Slamet) masih siang hari sehingga setelah berdiskusi kami sepakat untuk melanjutkan perjalanan pada sore hari sekitar jam 17.00 agar dapat mencapai puncak tepat sebelum matahari terbit.
Mapala Akafarma dan Susilo Kusdiwanggo

Perjalanan dari base camp menuju Pos II akan melewati lahan pertanian, lapangan, pos payung dan hutan pinus. Dari Pos II menuju Pos III (Pondok Cemara) jalanan sempit dan mulai terjal sehingga aku semakin lelah, terseok-seok dan tertinggal jauh dengan teman-teman yang lain terutama Susilo yang sudah jalan lebih cepat. Tetapi ada teman Akafarma yang berganti-ganti menemani aku.
Sekitar jam 22.00 kami sampe di pos terakhir (plawangan) dimana ditempat ini batas antara hutan dengan bebatuan yang menuju puncak. Sehingga kami membuka tenda dan membuat bivak untuk istirahat membuat makan malam dan mempersiapkan stamina menuju puncak.
Sekitar jam 01.00 kami mulai mendaki lereng yang sangat terjal, bebatuan kerikil dengan kemiringan diatas 45 derajat. Kamipun harus berhati-hati karena penuh bebatuan sehingga kaki mudah terpeleset jika salah menginjak batu yang mudah longsor. Beberapa kali teman yang mendahului terpeleset sehingga kerikil berjatuhan.
Alhamdulillah tepat tanggal 17 AGUSTUS 1997 akhirnya sampe dipuncak Gunung Slamet sekitar jam 3, angin kencang dan sangat dingin membuatku mengenakan jaket dobel, syal, topi dan masker muka. Aku berlindung di balik tebing agar tidak terkena angin tapi tetap saja kedinginan.
Ketika matahari mulai menampakkan sinarnya, mulailah aku berfoto-foto seperti diatas angin. Narsis abis....... 
Bersama para pendaki yang lain kami mengikuti upacara bendera.
Sekitar jam 10.00 siang kami mulai turun kembali ke Base camp dan berlanjut pulang ke Semarang.

Kamis, 24 Juli 2008

Link Paperku Irma Saraswati dan Gunawan Witjaksono

Paperku yang masuk ke publikasi internasional adalah dengan link sebagai berikut:
http://ieeexplore.ieee.org/xpl/articleDetails.jsp?tp=&arnumber=4284169&contentType=Conference+Publications&searchField%3DSearch_All%26queryText%3DSurface+Emitting+Distributed+Feedback+Laser

Pak Purnomo Sidi dan Pak Gunawan Witjaksono
Paper ini dibuat saat aku ikut konferensi WOCN 3-5 Juli 2007 di Singapura.
Paper hasil kerjaku selama 2,5 tahun kuliah S2 di Universitas Indonesia (Sept 2004-Jan 2007). Pembimbingku Pak Gunawan Witjaksono adalah orang yang memberikan aku kepercayaan diri untuk memasukkan paper ke International Conference.
Dr. Gunawan Witjaksono saat itu menjadi dosen di Dept. T. Elektro UI, beliau dari S1 sampai S3 di Wiscontin Amerika. Aku sangat kagum pada beliau yang sangat membantu dalam pembuatan tesisku di UI.
Alhamdulillah paperku sukses sehingga bisa publish di IEEE dan berikutnya publish di Jurnal Internasional.

Minggu, 15 Juni 2008

Penelusuran Goa (Caving) di Wonosari, Gunung Kidul, Yogyakarta 1997

Oleh: Irma Saraswati
Perjalanan itu mengesankan sekali karena saat itu aku tidak pernah memikirkan segala kemungkinan terburuk untuk sebuah penjelajahan. Sodara sepupuku Mas Cecep (Nopiana Sumarlin Sumarna-T.Sipil 1993 UNDIP) sering sekali mengingatkan aku bahkan akan mengancam aku melaporkan pada Bapak tentang aktifitasku di WAPEALA UNDIP.

Tim Caving Wapeala Undip  yang terdiri dari Aku, Mas Haris Respati- Nn (Iting), Titik Wijayanti-Pts, Petrus Sugiantoro-Pts, Dewi Purwandari-Sb, Defrizal-Bq dan Himawan-Bq bersiap-siap menuju G.Kidul.
Tim Caver (Himawan, Defrizal, Dewi, Saras)
Perjalanan kami menggunakan motor, sehingga aku terpaksa meminjam motor honda temenku Mustafa (komting Fisika 1995 yang akhirnya pindah jurusan ke T.Elektro-96) plat Motornya P dari Jember. Motor Mustapa yang pakai Himawan berboncengan dengan Dewi, Defrizal dengan aku, Mbak titik dengan Mas Iting, Petrus sendiri membawa perlengkapan caving.

Hari pertama, Kami berangkat dari PKM Pleburan habis solat dhuhur menuju Yogyakarta, beberapa kali istirahat dijalan. Perjalanan yang melelahkan karena kami sampai di Wonosari tengah malam. Kami sampai di Bacecamp tempat Bapak-Ibu bacecamp. Si Ibu suaranya kenceng banget dan sangat keras sehingga terkesan selalu marah-marah. Kami istirahat sampai dengan pagi.

Hari kedua, kami mulai bersiap-siap menuju Goa yang terdekat Goa Seropan. Aku mengenakan baju overall, sepatu boat helm dan senter. Goa pertama mempunyai mulut goa mengarah ke bumi kering diluarnya setelah sampai kedalam ternyata ada sungai yang mengalir dibawahnya. Banyak sekali kelelawar dan di dinding dan langit-langit penuh stalagtit dan stalagmit yang indah sekali. Kami menelusuri lika-liku Goa dari yang sempit sampai yang luas dan mentok sampai diujung sungai yg berbentuk air terjun sempit sehingga kami tidak melanjutkan lagi perjalanan. Lalu kami keluar lagi di sore hari kembali ke basecamp, membersihkan alat-alat (carabiner, tali, helm, senter, sepatu boat), makan dan istirahat.

Hari ketiga, kami menuju goa Jumbleng yang lumayan jauh dari basecamp.
Kami melewati tempat yang gersang. Setelah sampai pada sebuah sumur dengan diameter 60-an meter, aku ternganga...ini mau apa disini? Ternyata kami harus menuruni sumur tersebut.Dalamnya sumur lebih dari 25 meter. Kedalaman tersebut kami tempuh 2 tahap karena kami menemukan teras di tengah kedalaman. Pertama yang turun adalah Mas Petrus diikuti Izal, Aku, Dewi dan Himawan. Awalnya Dewi tidak mau turun, dia merajuk menangis..tapi jika dia tidak turun maka akan ditinggal sendirian di atas sampai kami selesai menelusuri goa yang kami tidak tahu lamanya. Akhirnya Dewi ikut turun dan Masya Alloh....aku terbengong takjub atas kebesaran Allloh swt di bawah sumur masih ada lubang mendatar yang sangat besar menuju sebuah jurang yang dalam yang kamipun tidak tahu dalamnya lagi. Luasnya gua ini mampu menampung sebuah helikopter yang bersembunyi, kami berjalan diatas stalagmit yang indah berwarna kuning mengkilat. Aku menduga dahulu pada masa perang kemerdekaan tempat ini merupakan basecamp para gerilyawan. Setelah puas membuat laporan dan mengamati, kamipun menuju jalan pulang. Sesampainya kami di basecamp sudah malam hari sehingga kami langsung bersih-bersih, makan dan istirahat.

Hari keempat, kami membersihkan dan menjemur semua peralatan agar siap dipacking dan dibawa pulang.
Setelah dhuhur kami menuju Yogyakarta, mampir di sodara Dewi. Pasangan motor berubah, aku bareng Dewi, Izal dan Himawan, Mba Titik tetap dengan Mas Iting dan Petrus juga sendiri. Sesampai di Pasar Wonosari, aku sempat salah arah menuju jalan yang satu arah berkebalikan sehingga aku di stop oleh polisi, tapi aku bernegosiasi bahwa aku bukan orang Yogya tapi mahasiswa UNDIP yang sedang perjalanan dan kebetulan plat motorku P sehingga tidak tahu jalan. Alhamdulillah Pak Polisi mengijinkan aku berbalik arah dan menunjukkan jalan yang benar.

Sampai di Semarang sekitar jam 19.00 langsung menuju kosku dan disambut dengan kemarahan Deasy. Hehehe.....Deasy Emalia adalah temen sekamarku, temen seangkatan di Fisika Undip dan kemarahannya dipicu oleh kecemburuannya aku caving bareng Izal. Ya elah.....aku ga kepikiran punya pacar seangkatan apalagi tabu pacaran dalam Islam. Dah ah...tutup ceritanya.

Jumat, 22 Februari 2008

Kisah Sesendok Madu

Foto Puisi Cantik dari Rijal Jalal
Menurut cerita, pada suatu ketika seorang raja ingin menguji kesadaran warga kotanya.
Raja memerintahkan agar setiap orang, pada suatu malam yang telah ditetapkan membawa sesendok madu untuk dituangkan dalam sebuah bejana yang telah disediakan di puncak bukit di tengah kota.
Seluruh warga kota memahami benar perintah tersebut dan menyatakan kesediaan mereka untuk melaksanakannya.
Tetapi, dalam pikiran seorang warga kota (katakanlah namanya Fulan); terlintas cara untuk mengelak perintah tersebut.

"Aku akan membawa sesendok penuh, tapi bukan madu. Aku akan membawa air. Kegelapan malam akan melindungiku dari pandangan mata orang lain. Sesendok air tidak akan mempengaruhi isi bejana yang kelak akan diisi madu oleh seluruh warga kota."Tibalah waktu yang ditetapkan. Apa kemudian yang terjadi?Bejana itu ternyata seluruhnya berisi penuh dengan air!Rupanya seluruh warga kota berpikiran sama dengan si Fulan.Mereka mengharapkan warga kota yang lain membawa madu sambil membebaskan diri dari tanggung jawab.Kisah simbolik ini sering terjadi dalam berbagai kehidupan masyarakat.Idealnya memang bahwa seseorang harus memulai dari dirinya sendiri disertai dengan pembuktian yang nyata, baru kemudian melibatkan pengikut-pengikutnya.
Foto Puisi Cantik dari Rijal Jalal
Katakanlah (hai Muhammad), inilah jalanku. Aku mengajak ke jalan Allah disertai denganpembuktian yang nyata. Aku bersama orang-orang yang mengikutiku (QS 12:108)
Berperang atau berjuang di jalan Allah tidaklah dibebankan kecuali pada dirimu sendiri,dan bangkitkanlah semangat orang-orang mukmin (pengikut-pengikutmu) (QS 4:84)Perhatikanlah kata-kata : "tidaklah dibebankan kecuali pada dirimu sendiri".Nabi Muhammad SAW pernah bersabda : "Mulailah dari dirimu sendiri, kemudiansusulkanlah keluargamu" Setiap orang menurut beliau adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Berarti setiap orang harus harus tampil terlebih dulu.Sikap mental yang seperti ini akan menyebabkan bejana sang raja akan penuh dengan madu, bukan air, apalagi racun.(Dari : Lentera Hati, M Quraish Shihab)