Laman

Cerita keseharian

STORY ABOUT ME

Senin, 18 Agustus 2008

Pendakian Gunung Slamet 17 Agustus 1997

oleh Irma Saraswati

Aku melakukan pendakian ini karena salah satu temanku (Susilo Kusdiwanggo -T.Arsitek angkatan 1993 UNDIP) perlu guide penunjuk jalan mendaki gunung tersebut. Kenapa harus aku? Aku juga tidak tahu alasannya tetapi permintaannya sedikit memaksa, jadi berangkatlah kami menuju G. Slamet.

Gunung Slamet (3428m dpl) adalah gunung berapi terletak di Propinsi Jawa Tengah berada pada perbatasan Kab. Brebes, Banyumas, Purbalingga, Tegal dan Pemalang. G. Slamet merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah serta kedua tertinggi di Pulau Jawa (Sumber: Wikipedia). Ada 3 jalur pendakian ke G.Slamet yaitu lewat Utara (Kali Wadas), lewat Selatan (Baturaden) dan lewat timur (Bambangan), seperti dalam peta.

Jalur pendakian yang kupilih adalah lewat timur (Bambangan) karena jalur tersebut lebih dekat dari Semarang, sangat populer untuk pendaki pemula dan lebih landai daripada jalur selatan/utara apalagi kami berangkat mendaki hanya berdua dari Semarang.
Aku berangkat dari kosku di Tembalang Perumda I Jl Tembalang Baru no.133A setelah solat Ashar (Jumat, 15-08-1997). Aku diminta menunggu dia didepan Sri Ratu Peterongan dekat dengan Jl Wonodri kosnya. Setelah dia datang kami bersiap menuju Terminal Terboyo. Kami sholat maghrib di Teminal Terboyo, lalu jam 19.00 kami naik bis Sahabat (Semarang-Cirebon) menuju Terminal Pemalang. Sampe diTerminal Pemalang sudah malam jam 22.00. Akhirnya kami bermalam di Terminal Pemalang sambil menunggu pagi.
Tanggal 16-08-1997, setelah sholat subuh, kami melanjutkan perjalanan. Diawali naik bus Pemalang-Purwokerto, turun di Randudongkal lalu naik angkudes ke Moga dan dilanjutkan dengan angkudes/bak terbuka menuju Pasar Pratin.
Sampai di Pasar  Pratin kami ketemu dengan rombongan pendaki yang berjumlah 5 orang dari Akafarma Semarang juga lalu kami ber-7 menuju Blambangan berjalan kaki. Sampai di Bambangan  (Base camp-desa terakhir menuju puncak G. Slamet) masih siang hari sehingga setelah berdiskusi kami sepakat untuk melanjutkan perjalanan pada sore hari sekitar jam 17.00 agar dapat mencapai puncak tepat sebelum matahari terbit.
Mapala Akafarma dan Susilo Kusdiwanggo

Perjalanan dari base camp menuju Pos II akan melewati lahan pertanian, lapangan, pos payung dan hutan pinus. Dari Pos II menuju Pos III (Pondok Cemara) jalanan sempit dan mulai terjal sehingga aku semakin lelah, terseok-seok dan tertinggal jauh dengan teman-teman yang lain terutama Susilo yang sudah jalan lebih cepat. Tetapi ada teman Akafarma yang berganti-ganti menemani aku.
Sekitar jam 22.00 kami sampe di pos terakhir (plawangan) dimana ditempat ini batas antara hutan dengan bebatuan yang menuju puncak. Sehingga kami membuka tenda dan membuat bivak untuk istirahat membuat makan malam dan mempersiapkan stamina menuju puncak.
Sekitar jam 01.00 kami mulai mendaki lereng yang sangat terjal, bebatuan kerikil dengan kemiringan diatas 45 derajat. Kamipun harus berhati-hati karena penuh bebatuan sehingga kaki mudah terpeleset jika salah menginjak batu yang mudah longsor. Beberapa kali teman yang mendahului terpeleset sehingga kerikil berjatuhan.
Alhamdulillah tepat tanggal 17 AGUSTUS 1997 akhirnya sampe dipuncak Gunung Slamet sekitar jam 3, angin kencang dan sangat dingin membuatku mengenakan jaket dobel, syal, topi dan masker muka. Aku berlindung di balik tebing agar tidak terkena angin tapi tetap saja kedinginan.
Ketika matahari mulai menampakkan sinarnya, mulailah aku berfoto-foto seperti diatas angin. Narsis abis....... 
Bersama para pendaki yang lain kami mengikuti upacara bendera.
Sekitar jam 10.00 siang kami mulai turun kembali ke Base camp dan berlanjut pulang ke Semarang.