Cerita 3:
Cerita dia yang diceritakan padaku.
Hidup dalam kesendirian bukanlah pilihan hidupku tapi takdir telah menentukan hidupku seperti itu. Sampai umur 39 tahun aku masih melajang.
Bertahun tahun lalu saat aku masih kuliah. Aku selalu meraih IPK terbaik dan tertinggi bahkan tidak kesulitan mengikuti setiap mata kuliah yang diajarkan oleh para dosen. Bahkan secara fisik aku termasuk cantik (menurut sebagian besar teman). Aku tipe pendiam yang selalu mendengarkan apapun yang dikatakan teman. Aku bisa menggunakan tenaga dalamku untuk menggerakkan benda-benda disekitarku.
Semester 1 aku sudah mendapatkan beasiswa BCA. Senior-senior berebut perhatianku bahkan sering sekali datang ke kost ku untuk menanyakan tugas-tugas kuliah ataupun sekedar berbasa basi ingin pendekatan terhadapku.
Ada senior (Gayo) yang 5 tahun di atasku pernah mengungkapkan keseriusannya terhadapku tapi kutolak halus karena aku masih ingin meraih cita-cutaku yang masih berputar dikepalaku. Dengan berjalannya waktu pun ada seorang senior (Hesa) yg terpaut 3 tahun diatasku selalu datang ke kostku tiap sore untuk pendekatan..tapi tidak pernah terucap maksud kedatangannya. Sampai dengan aku mendekati kelulusan..dia menyampaikan maksudnya menjadi calon istrinya...tapi kutolak dengan halus dengan beebagai alasan bahwa aku ingin mengabdikan hidupku pada ibuku yang sudah janda. Teman seangkatankupun (Petra) ada yang berusaha mendekatiku tetapi kutolak karena dia berbeda keyakinan agama denganku. Aku ingin menikah dengan lelaki yang seiman denganku. Tetapi ketika temen seangkatanku yang lain (Fama) seiman denganku begitu perhatian denganku pun aku tidak menunjukkan respekku sehingga dia tidak berani mendekatiku lagi. Sampai dengan kelulusan berakhir...aku langsing diterima kerja di Yamaha Motor dan bertahun-tahun monoton dengan pekerjaan sehingga aku pindah kerja di sebuah rumah sakit swasta sampai saat kuceritakan ini padamu. Dan sebagian besarpun kau tahu apa yang kujalani. Betapa banyak lelaki yang ingin meminangku tetapi apalah dayaku yang masih ingin menjaga ibuku. Betapa sulit hidup dilingkungan pedesaaan dan masih melajang dalam umur 39 tahun. Betapa aku bahagia ketika kau menanyakan keberadaanku bahkan berusaha mengenalkanku dengan temanmu. Semua kriteria yang kau ceritakan tidak masalah buatku. Tetapi ketika syarat itu kau ajukan aku tidak bisa memenuhinya karena kehidupanku berputar pada kerja dan ibuku, yang kesehatannya selalu dalam pengawasanku. Sakit ibuku yang mengharuskan kontrol setiap minggu ke dokter membuatku tidak bisa mempunyai waktu penuh untuk menjadi istri dari seorang duda dengan 3 anak kecil yang masih sangat membutuhkan waktu dan kasih sayang ibunya bahkan tempat tinggalnya dengan ibuku berpaut hampir 200km.
Apalah dayaku...jika Alloh belum mempertemukan jodohku. Smoga Alloh tetap mempertemukan jodohku dilain waktu.
Cerita 4:
Aku mengenalnya di koperasi kantor saat jam istirahat dan belanja di koperasi. Awalnya aku sering meledeknya dengan candaan yang menyebalkan (dia ungkapkan setelah menikah). Kami sama-sama merantau ke pulau ini. Akhirnya kami pun dekat saling bercerita suka duka merantau. walaupun masih tetap ledek-ledekan. Dan tibalah pernikahan kami yang dilaksanakan di pulau jawa tempat asal istriku. Aku sangat mencintai istriku...wanita yang selama ini mendampingiku merantau bekerja di pedalaman Indonesia. Wanita yang selalu ada disaat aku susah maupun senang. Walaupun sampai saat ini, setelah 14 tahun pernikahan Alloh belum mengaruniakan amanah anak kepada kami. Tapi kami berusaha bertahan dengan segala keterbatasan yang kami miliki. Kami berusaha ke dokter di rumah sakit kabupaten dan kami berusaha memperbaiki ibadah kami.
Berbagai tugas dari kantor kadang mengharuskanku meninggalkannya untuk beberapa waktu yang lama. Tetapi komunikasi kami berjalan lancar melalui skype, whatsapp dan telpon. Karena aku sangat mencintainya. Ada atau tidak ada anakpun, kami berusaha tetap bersama merajut cinta mengharap rahmat Alloh swt yang begitu luasnya. Mungkin kebahagiaan kami bisa kami bagi ke teman-teman lain yang se komplek perumahan. Cinta kami pada anak, kami curahkan pada anak-anak dari teman-teman kami. aamiin...
Cerita dia yang diceritakan padaku.
Hidup dalam kesendirian bukanlah pilihan hidupku tapi takdir telah menentukan hidupku seperti itu. Sampai umur 39 tahun aku masih melajang.
Bertahun tahun lalu saat aku masih kuliah. Aku selalu meraih IPK terbaik dan tertinggi bahkan tidak kesulitan mengikuti setiap mata kuliah yang diajarkan oleh para dosen. Bahkan secara fisik aku termasuk cantik (menurut sebagian besar teman). Aku tipe pendiam yang selalu mendengarkan apapun yang dikatakan teman. Aku bisa menggunakan tenaga dalamku untuk menggerakkan benda-benda disekitarku.
Semester 1 aku sudah mendapatkan beasiswa BCA. Senior-senior berebut perhatianku bahkan sering sekali datang ke kost ku untuk menanyakan tugas-tugas kuliah ataupun sekedar berbasa basi ingin pendekatan terhadapku.
Ada senior (Gayo) yang 5 tahun di atasku pernah mengungkapkan keseriusannya terhadapku tapi kutolak halus karena aku masih ingin meraih cita-cutaku yang masih berputar dikepalaku. Dengan berjalannya waktu pun ada seorang senior (Hesa) yg terpaut 3 tahun diatasku selalu datang ke kostku tiap sore untuk pendekatan..tapi tidak pernah terucap maksud kedatangannya. Sampai dengan aku mendekati kelulusan..dia menyampaikan maksudnya menjadi calon istrinya...tapi kutolak dengan halus dengan beebagai alasan bahwa aku ingin mengabdikan hidupku pada ibuku yang sudah janda. Teman seangkatankupun (Petra) ada yang berusaha mendekatiku tetapi kutolak karena dia berbeda keyakinan agama denganku. Aku ingin menikah dengan lelaki yang seiman denganku. Tetapi ketika temen seangkatanku yang lain (Fama) seiman denganku begitu perhatian denganku pun aku tidak menunjukkan respekku sehingga dia tidak berani mendekatiku lagi. Sampai dengan kelulusan berakhir...aku langsing diterima kerja di Yamaha Motor dan bertahun-tahun monoton dengan pekerjaan sehingga aku pindah kerja di sebuah rumah sakit swasta sampai saat kuceritakan ini padamu. Dan sebagian besarpun kau tahu apa yang kujalani. Betapa banyak lelaki yang ingin meminangku tetapi apalah dayaku yang masih ingin menjaga ibuku. Betapa sulit hidup dilingkungan pedesaaan dan masih melajang dalam umur 39 tahun. Betapa aku bahagia ketika kau menanyakan keberadaanku bahkan berusaha mengenalkanku dengan temanmu. Semua kriteria yang kau ceritakan tidak masalah buatku. Tetapi ketika syarat itu kau ajukan aku tidak bisa memenuhinya karena kehidupanku berputar pada kerja dan ibuku, yang kesehatannya selalu dalam pengawasanku. Sakit ibuku yang mengharuskan kontrol setiap minggu ke dokter membuatku tidak bisa mempunyai waktu penuh untuk menjadi istri dari seorang duda dengan 3 anak kecil yang masih sangat membutuhkan waktu dan kasih sayang ibunya bahkan tempat tinggalnya dengan ibuku berpaut hampir 200km.
Apalah dayaku...jika Alloh belum mempertemukan jodohku. Smoga Alloh tetap mempertemukan jodohku dilain waktu.
Cerita 4:
Aku mengenalnya di koperasi kantor saat jam istirahat dan belanja di koperasi. Awalnya aku sering meledeknya dengan candaan yang menyebalkan (dia ungkapkan setelah menikah). Kami sama-sama merantau ke pulau ini. Akhirnya kami pun dekat saling bercerita suka duka merantau. walaupun masih tetap ledek-ledekan. Dan tibalah pernikahan kami yang dilaksanakan di pulau jawa tempat asal istriku. Aku sangat mencintai istriku...wanita yang selama ini mendampingiku merantau bekerja di pedalaman Indonesia. Wanita yang selalu ada disaat aku susah maupun senang. Walaupun sampai saat ini, setelah 14 tahun pernikahan Alloh belum mengaruniakan amanah anak kepada kami. Tapi kami berusaha bertahan dengan segala keterbatasan yang kami miliki. Kami berusaha ke dokter di rumah sakit kabupaten dan kami berusaha memperbaiki ibadah kami.
Berbagai tugas dari kantor kadang mengharuskanku meninggalkannya untuk beberapa waktu yang lama. Tetapi komunikasi kami berjalan lancar melalui skype, whatsapp dan telpon. Karena aku sangat mencintainya. Ada atau tidak ada anakpun, kami berusaha tetap bersama merajut cinta mengharap rahmat Alloh swt yang begitu luasnya. Mungkin kebahagiaan kami bisa kami bagi ke teman-teman lain yang se komplek perumahan. Cinta kami pada anak, kami curahkan pada anak-anak dari teman-teman kami. aamiin...