Oleh: Irma Saraswati
Perjalanan kami menggunakan
motor, sehingga aku terpaksa meminjam motor honda temenku Mustafa (komting
Fisika 1995 yang akhirnya pindah jurusan ke T.Elektro-96) plat Motornya P dari
Jember. Motor Mustapa yang pakai Himawan berboncengan dengan Dewi, Defrizal
dengan aku, Mbak titik dengan Mas Iting, Petrus sendiri membawa perlengkapan
caving.
Perjalanan itu mengesankan sekali
karena saat itu aku tidak pernah memikirkan segala kemungkinan terburuk untuk
sebuah penjelajahan. Sodara sepupuku Mas Cecep (Nopiana Sumarlin Sumarna-T.Sipil
1993 UNDIP) sering sekali mengingatkan aku bahkan akan mengancam aku melaporkan
pada Bapak tentang aktifitasku di WAPEALA UNDIP.
Tim Caving Wapeala Undip yang terdiri dari Aku, Mas Haris Respati- Nn
(Iting), Titik Wijayanti-Pts, Petrus Sugiantoro-Pts, Dewi Purwandari-Sb,
Defrizal-Bq dan Himawan-Bq bersiap-siap menuju G.Kidul.
Tim Caver (Himawan, Defrizal, Dewi, Saras) |
Hari pertama, Kami berangkat dari PKM Pleburan habis solat dhuhur menuju Yogyakarta, beberapa kali istirahat dijalan. Perjalanan yang melelahkan karena kami sampai di Wonosari tengah malam. Kami sampai di Bacecamp tempat Bapak-Ibu bacecamp. Si Ibu suaranya kenceng banget dan sangat keras sehingga terkesan selalu marah-marah. Kami istirahat sampai dengan pagi.
Hari kedua, kami mulai bersiap-siap menuju Goa yang terdekat Goa Seropan. Aku mengenakan baju overall, sepatu boat helm dan senter. Goa pertama mempunyai mulut goa mengarah ke bumi kering diluarnya setelah sampai kedalam ternyata ada sungai yang mengalir dibawahnya. Banyak sekali kelelawar dan di dinding dan langit-langit penuh stalagtit dan stalagmit yang indah sekali. Kami menelusuri lika-liku Goa dari yang sempit sampai yang luas dan mentok sampai diujung sungai yg berbentuk air terjun sempit sehingga kami tidak melanjutkan lagi perjalanan. Lalu kami keluar lagi di sore hari kembali ke basecamp, membersihkan alat-alat (carabiner, tali, helm, senter, sepatu boat), makan dan istirahat.
Hari ketiga, kami menuju goa Jumbleng yang lumayan jauh dari basecamp.
Kami melewati tempat yang gersang. Setelah sampai pada sebuah sumur dengan diameter 60-an meter, aku ternganga...ini mau apa disini? Ternyata kami harus menuruni sumur tersebut.Dalamnya sumur lebih dari 25 meter. Kedalaman tersebut kami tempuh 2 tahap karena kami menemukan teras di tengah kedalaman. Pertama yang turun adalah Mas Petrus diikuti Izal, Aku, Dewi dan Himawan. Awalnya Dewi tidak mau turun, dia merajuk menangis..tapi jika dia tidak turun maka akan ditinggal sendirian di atas sampai kami selesai menelusuri goa yang kami tidak tahu lamanya. Akhirnya Dewi ikut turun dan Masya Alloh....aku terbengong takjub atas kebesaran Allloh swt di bawah sumur masih ada lubang mendatar yang sangat besar menuju sebuah jurang yang dalam yang kamipun tidak tahu dalamnya lagi. Luasnya gua ini mampu menampung sebuah helikopter yang bersembunyi, kami berjalan diatas stalagmit yang indah berwarna kuning mengkilat. Aku menduga dahulu pada masa perang kemerdekaan tempat ini merupakan basecamp para gerilyawan. Setelah puas membuat laporan dan mengamati, kamipun menuju jalan pulang. Sesampainya kami di basecamp sudah malam hari sehingga kami langsung bersih-bersih, makan dan istirahat.
Hari keempat, kami membersihkan
dan menjemur semua peralatan agar siap dipacking dan dibawa pulang.
Setelah dhuhur kami menuju Yogyakarta, mampir di sodara Dewi. Pasangan motor berubah, aku bareng Dewi, Izal dan Himawan, Mba Titik tetap dengan Mas Iting dan Petrus juga sendiri. Sesampai di Pasar Wonosari, aku sempat salah arah menuju jalan yang satu arah berkebalikan sehingga aku di stop oleh polisi, tapi aku bernegosiasi bahwa aku bukan orang Yogya tapi mahasiswa UNDIP yang sedang perjalanan dan kebetulan plat motorku P sehingga tidak tahu jalan. Alhamdulillah Pak Polisi mengijinkan aku berbalik arah dan menunjukkan jalan yang benar.
Setelah dhuhur kami menuju Yogyakarta, mampir di sodara Dewi. Pasangan motor berubah, aku bareng Dewi, Izal dan Himawan, Mba Titik tetap dengan Mas Iting dan Petrus juga sendiri. Sesampai di Pasar Wonosari, aku sempat salah arah menuju jalan yang satu arah berkebalikan sehingga aku di stop oleh polisi, tapi aku bernegosiasi bahwa aku bukan orang Yogya tapi mahasiswa UNDIP yang sedang perjalanan dan kebetulan plat motorku P sehingga tidak tahu jalan. Alhamdulillah Pak Polisi mengijinkan aku berbalik arah dan menunjukkan jalan yang benar.
Sampai di Semarang sekitar jam
19.00 langsung menuju kosku dan disambut dengan kemarahan Deasy. Hehehe.....Deasy
Emalia adalah temen sekamarku, temen seangkatan di Fisika Undip dan kemarahannya
dipicu oleh kecemburuannya aku caving bareng Izal. Ya elah.....aku ga kepikiran
punya pacar seangkatan apalagi tabu pacaran dalam Islam. Dah ah...tutup
ceritanya.